![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUFCXTSEneTQlMWotdhG289I-wZhlEuVVTRj6hyphenhyphenrSNC_4jXuVPzC80xqQJMEdeuA50hyphenhyphencXLTfVfgvvbILynWFXC4Hr2aycRLMs_MbLbebCdITR95vHTRx6ne-o5R2ia7MXBU3nK83bZog/s400/amran-danny.png)
Dalam pidatonya
Menteri Amran mengatakan faktor ekonomi dan pendidikan menjadi penyebab
tingginya angka balita stunting di Indonesia. Melihat kondisi tersebut, Menteri
Pertanian meminta partisipasi nyata semua pihak baik pemerintah, swasta,
masyarakat, bahkan tenaga pendidik dituntut untuk terus berupaya menghapus
kelaparan dan kekurangan gizi dengan meningkatkan produksi pangan dan
memastikan masyarakat memiliki akses untuk mendapatkan makanan yang
bergizi.
Berdasarkan hasil
penelitian Organisasi Pangan Dunia (FAO), sebanyak 19 juta penduduk Indonesia
diperkirakan masih mengalami kelaparan.
"Penyebab
utamanya ialah kemiskinan dan kelangkaan bahan makanan pokok. Masih banyak
penduduk Indonesia yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan mereka, khususnya
di wilayah bagian timur Indonesia," katanya saat menyampaikan pidato usai
makan malam", ujarnya.
Dia mengungkapkan
hasil pertemuannya dengan Wali Kota Makassar, Ramdhan “Danny” Pomanto,
membuatnya berusaha untuk mengadopsi sistem-sistem war room yang telah
mempermudah kerja Pemerintahan Kota Makassar lewat teknologi.
"Inilah demikian
luar biasanya IT, mampu menekan biaya-biaya yang tak tak penting. Sekarang
sistemnya teratur," ungkapnya.
Lebih lanjut dia
menjelaskan, merespons perkembangan IT, Badan Ketahanan Pangan (BKP)
Kementerian Pertanian merancang aplikasi Toko Tani Indonesia (TTI) online dalam
aplikasi e-commerce (business to business) yang melibatkan petani, masyarakat,
lembaga keuangan, dan transportasi. Hal ini sebagai wujud transformasi dalam
pelayanan TTI agar dapat melayani masyarakat secara lebih luas, mudah dan
murah.
"Tahun 2018 ini
akan dikembangkan kembali 1.000 TTI dan 500 Gapoktan. Dengan kondisi ini, tidak
mungkin lagi jika pengelolaan distribusi pangan dilakukan secara manual. Untuk
itu, kita bangun e-commerce TTI," jelasnya.
Kedepannya aplikasi
ini akan terus dikembangkan sehingga masyarakat dapat ikut mengakses layanan
TTI secara online. Di banyak negara, konsep pangan fungsional telah berkembang
sangat pesat.
"Indonesia bisa
bikin pesawat, lalu untuk traktor saja tak bisa? Bahkan kalau pun traktornya
berjalan mundur, hantam saja! Nanti peneliti berikutnya yang bikin jalannya
jadi maju," tegasnya.
Terakhir, ia
menghimbau para Rektor Indonesia untuk lebih jauh memberikan perhatian lebih
terhadap pangan Indonesia dengan memberikan kontribusinya dalam program kerja
FRI. "Bersama, kita bisa membangun Pertanian Indonesia, jika para Pendidik
negara ini juga bekerja sama dengan pemerintah untuk kualitas pangan yang lebih
baik," pungkasnya.
Sumber Artikel : http://www.smartcitymakassar.com/2018/02/di-forum-rektor-mentan-puji-kinerja.html
Update : 17 – 2-2018 Pukul 21:24 Wita
Post a Comment