![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4wzwdngchzJYUYGgNr6L3X7LBtbhMcXNNUa4xjG92Xk97wuQFvG-ZZv40MFgDIDPGg7wW7jzdMvYn87gEeEWU1yaaRqDWKK6vbSY1O6AZppJeJTGut_HlE8eLEOz5PSnqEPlQoiQ382o/s400/170cc0fd74a0838b11ed938b632d895e.jpeg)
Hal itu dikatakan Wali Kota Inspiratif ini saat mengunjungi
pembuatan sirup Markisa di Jalan Tupai, Kelurahan Labuang Baji, Kecamatan
Mamajang, Selasa, (27/2) siang.
"Pengembangan produksi markisa bagian dari Instagram
DIAmi dan kita datang untuk menanyakan apa saja dan bagaimana membantu para UKM
Lorong,"ujarnya.
Danny juga mengakui sudah menerapkan program Badan Usaha
Lorong. Kemudian Wali Kota inovatif ini akan perkuat karya produksi warga
lorong dengan menjadi dua kali tambah baik.
"Lantaran BULo bukan sekadar menanam cabai, namun
seluruh usaha Lorong akan ditambah, misalnya modal usaha. Jadi hal ini
merupakan usaha contoh yang baik, bagi warga lorong, saya ucapkan terimakasih
sudah memperkenalkan Makassar hingga ke
luar negeri,"jelas Danny.
Lebih jauh, lanjut dia, pemasaran untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) akan
direncanakan menempati Stand Pedagang Kaki Lima (PK-5) di Karebosi.
Bahkan sudah menjadi kebanggaan karena hasil karya BULo ini
terutama sirup Markisa sudah menembus penjualan hingga ke luar Sulawesi
Selatan. Artinya, sirup ini sudah menjadi oleh-oleh khas Makassar untuk para
pelancong ke ibu kota Sulawesi Selatan ini.
"Saya rencana UKM di Lorong untuk ditempatkan di Stand
PKL Karebosi. Kita akan invertensi untuk menguntungkan buat Kota
Makassar,"jelasnya.
Sementara itu, Direktur Sirup Markisa Aurora, Ramlah Rauf,
mengakui, produksi sirup Markisa berdiri sejak tahun 2013 di kawasan lorong
yang berada di Jalan Tupai.
Hal ini juga merupakan bentuk dukungan program Badan Usaha
Lorong (BULo) yang telah dicanangkan pemerintah Kota Makassar.
"Kami pasarkan di toko oleh-oleh dan online. Bahkan ada
juga di luar Makassar. Yakni Bali, Kalimantan, dan Jakarta. Malahan hingga ke
negara Japang. Omzet setiap bulannya Rp 10 juta,"katanya.
Kedepannya ia bakal mengembangkan lagi, karena merupakan
ciri khas Sulawesi Selatan, Indonesia. (**)
Post a Comment