![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7AxxSLglb1NiDHT-GeVUlUM2m55VFLyiVFiSNKW3xwPS6DfiF8DgeTU74CUMx6nkhkVdSX27Jbm3I6ILHJI9ucWMa_EYYaAPVVGNbbRuES4UaIsN-UkX2NgI6cHazei75Xep1n2A5D_Y/s400/IMG-20171017-WA0009-700x722.jpg)
Pasangan Appi-Cicu diusung oleh parpol koalisi
gemuk dengan komposisi Partai Golkar, NasDem, Hanura, PKPI, PDIP, PKS,
Gerindra, PAN, dan PBB. Sementara pasangan Danny-Indira yang maju lewat jalur
perseorangan, namun didukung oleh Demokrat dan PPP.
Petahana harus berhati-hati melawan CEO PT PSM
Munafri Arifuddin sebagai politisi pendatang baru di pentas politik. Bekal
koalisi parpol gemuk, Munafri Arifuddin bakal diperkuat oleh kerja-kerja mesin
partai untuk mengkonsolidasikan basis suara.
Direktur Epicentrum Politica Iin Fitriani,
mengatakan bahwa kerja-kerja mesin partai dalam proses pemenangan kandidat
cukup besar. Hanya saja lanjut dia, dukungan partai politik tidak serta merta
jadi jaminan Munafri menumbangkan petahana.
"Mereka
akan bekerja maksimal tentunya, namun koalisi gemuk tidak serta merta merupakan
jaminan penuh bahwa mereka akan mengalahkan petahana," kata Lin Fitriani
melalui pesan singkat, Senin (8/1/2018).
Munafri Arifuddin lanjut Lin Fitriani, perlu
kerja ekstra melawan petahana dengan memanfaatkan seluruh sumber daya politik
yang ada untuk saling berebut suara pemilih, terlebih petahana cukup populer
dikalangan masyarakat.
"Tentu saja, karena sampai saat ini
peluang head to head sangat besar. Jadi mereka saling berhadapan untuk berebut
pemilih," imbuhnya.
Sementara saat dikonfirmasi terpisah,
akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Muhamad Ridha
mengatakan, popularitas Danny Pomanto masih cukup tinggi dibanding Munafri
Arifuddin. Pasalnya Munafri atau Appi dianggap sebagai politisi pendatang baru
yang tidak punya latar belakang politik sebelumnya.
"Saya merasa popularitas DP masih amat tinggi.
Agak mustahil kalah oleh kandidat dengan background pengusaha yang terkesan
'dipaksakan'. Kandidat yang didorong untuk menyaingi pak Danny kurang populis.
Ada kecenderungan juga di kalangan pemilih kota untuk memilih calon dengan
background 'orang biasa', bukan keluarga pengusaha yang dianggap terlalu jauh
dari problem rakyat," akunya.
Dosen di Ushuluddin Filsafat dan Politik UIN
itu melanjutkan, dengan popularitas yang dimiliki Danny Pomanto saat ini, cukup
sulit penantangnya melawan Danny Pomanto, apalagi Appi pendatang baru.
"Saya percaya politik itu dinamis. Tetapi
dengan popularitas setinggi pak Danny dan tidak ada masalah yang amat besar
yang bisa menggerus suara, saya yakin DP dengan mudah melenggang mulus,"
akunnya
Terkait kerja partai politik yang bakal banyak
membantu Appi di Pilwalkot Makassar, menurut Ridha, diakuinya kerja partai
politik cukup besar namun pemilih lebih cenderung melihat figur daripada
kandidat yang ditawarkan partai, pasalnya partai tidak mewakili keseluruhan
suara konstituen.
"Dalam pemilihan elektoral seluas dan
sebesar ini (Makassar) partai ikut membantu, tetapi tidak menentukan kemana
suara dominan akan mengarah," jelasnya.
"Figuritas amat kuat menentukan. Mesin
partai banyak kehilangan kepercayaan di mata rakyat. Karena itu mesin berjalan
pun gak akan cukup efektif. Kecuali jika partai-partai cukup bisa membangun kepercayaan
konstituen dan calonnya juga adalah calon yang cukup baik dan berprestasi.
Untuk konteks Makassar lawan pak DP gak cukup baik," tutupnya.
Post a Comment