Oleh: Danny Pomanto
(Tayangan Program Wajah Indonesia 2020 MetroTv Bagian 1)
__
Kenyataan bahwa saya mengalokasikan energi lebih besar pada pembangunan lorong daripada membangun bangunan monumental, kerap jadi pertanyaan.
Saya memang terlahir sebagai anak lorong, tumbuh dan berkembang dalam lingkungan lorong. Namun, sebutan anak lorong itu bukan sekadar jargon. Saya menyaksikan sendiri bagaimana kontur masyarakat yang bermukim di wilayah seperti ini. 30 persen masyarakat Makassar tinggal di dalam lorong. Mereka termarginalkan dengan stigma yang kurang baik.
Ada 8000 lorong di Kota Makassar. Pada periode lalu, kami menemukan cara pandang berbeda terhadap kota. Makassar ibarat sebatang tubuh, lorong adalah selnya. Bagaimana menjadikan kota ini sebagai tubuh yang sehat jika sel-selnya sakit?
Saksikan ki' video ini dan temukan penjelasan rinci alasan kami memperjuangkan lorong.
Karena sejatinya, aktivitas membangun itu tidak selalu berbentuk bangunan fisik yang megah. Membangun sistem untuk memperbaiki kehidupan manusia juga merupakan bentuk karya nyata. Hasilnya bukan hanya terlihat dan terukur dengan angka, tapi juga bisa meresap ke dalam jiwa manusia yang menerima manfaatnya.
Tabe', mohon do'a ta'.
Danny Pomanto.
(Anak Loronna Makassar)
Post a Comment