Insiden Penikaman dan Dramaturgi Politik


Oleh : Ahmad Sangkala*  


MakassarBicara.com-Beberapa hari ini, publik tekonsentrasi dengan sajian politik. Dimana rivalitas panas pemilihan presiden Amerika Serikat dengan perhitungan suara yang begitu sengit membuat mata penduduk dunia terus menyorotnya. Dimana hari ini, pemilihan ini berakhir dengan tumbangnya petahana, Donald Trump. Hal lainnya juga tentu masih seputar pemilihan kepala daerah, dimana telah memasuki fase debat kandidat. 

Malam kemarin, Sabtu (7/11/2020) debat kandidat calon walikota Makassar digelar di Studio Kompas TV, Jakarta. Perang gagasan ini tentunya adalah hal yang diinginkan oleh publik Makassar. Dimana sebelumnya yang banyak bermunculan hanyalah saling serang “negatif campaign” yang tentunya tidak mencerdaskan rakyat Makassar. Namun sayang sekali, debat kandidat putaran pertama ini diwarnai inseden penikaman salah satu pendukung pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Makassar. 


Secara pribadi, kita mesti ikut berbelasungkawa atas kejadian tersebut. Bahwa apapun alasannya tindakan kriminal tidak dibenarkan. Dengan kejadian ini, publik tidak lagi punya ruang yang luas dan fokus untuk mengkritisi setiap argumentasi yang dipaparkan masing – masing kandidat. Media cenderung menyorot insiden penikaman tersebut, bahkan perbincangan siapa pelaku dan dalang yang menjadi fokus pembahasannya. Dalam proses pendewasaan demokrasi, tentu ini adalah hal yang kurang baik. 


Insiden semacam ini sebenarnya bukan hal baru dalam politik. Biasanya banyak kejutan atau pola yang cenderung ‘radikal’ dalam meraih simpati rakyat. Bahkan tak sedikit insiden seperti ini dikapitalisasi oleh konsultan politik, ada pula yang sangat radikal dengan mendesain insiden semacam ini. Hal seperti ini bukanlah hal baru, sebab telah menjadi bagian dari studi komunikasi politik. Konsep semacam ini dikenal dengan konsep dramaturgi yang diperkenalkan oleh Erving Goffman (1922-1982).


Erving goffman, seorang sosiolog Kanada Seperti dikutip dari Farida M. Arif dalam Jurnal Interaksi (2014 : 181-1880) menyebutnya sebagai dramaturgi, dimana kehidupan manusia diibaratkan sebagai panggung sandiwara, yang mana manusia sebagai aktor berusaha untuk menampilkan pertunjukan dan berusaha menunjukkan kesan yang berbeda-beda. Apa yang diperbuat oleh individu maupun kelompok tertentu, tidak selalu sama seperti apa yang tampak. Apa yang dilakukan oleh individu atau kelompok tertentu tadi bisa karena memiliki kepentingan tertentu.


Mungkinkah Insiden Penikaman ini Dramaturgi Politik?


Banyak cara yang dilakukan untuk meraih simpati masyarakat. Semakin jauh ketertinggalan elektabilitas yang harus dikejar, maka semakin radikal pula strategi yang harus dijalankan. Sehingga tak mengherankan jika “drama” yang dilakukan juga semakin sadis. Salah satu kejadian yang melakukan pola ini yakni Presiden Taiwan, Chen Shui-bian. Dalam sebuah artikel yang berjudul Inquiry says Taiwan's Chen faked shooting yang dimuat chinadaily.com (18/1/2005), menjelaskan bahwa penyelidikan yang dipimpin oposisi terhadap penembakan menjelang pemilihan pemimpin Taiwan Chen Shui-bian menyimpulkan jika serangan yang dilakukan adalah rekayasa untuk mendapatkan suara simpati rakyat. Chen memenangkan Pilpres dengan selisih hanya 0,2 persen. Wang Ching-feng, juru bicara the Truth Investigation Committee menegaskan bahwa motif dibalik penembakan 19 Maret adalah untuk memanipulasi pemilihan. Dalam investigasi juga ditemukan luka Chen bukan disebabkan oleh peluru timah yang ditemukan. (penembakan) tidak terjadi di tempat itu.


Peristiwa secara lokal yang masih berpolemik kebenarannya yakni pelemparan bom kepada Syahrul Yasin Limpo (SYL) saat bersama ribuan warga Makassar mengikuti jalan santai yang diselenggarakan DPD II Partai Golkar Makassar, Minggu (11/11/2012) di Makassar. Hal ini karena berada dalam momentum Pemilihan Gubenur Sulsel untuk periode keduanya. Keraguan ini bahkan sempat ramai ketika beredar video di youtube yang mengatakan hal ini rekayasa. Seperti yang di muat oleh tribuntimur. com (7/12/2012) dengan judul ‘Rekayasa’ Bom SYL Beredar di Youtube. Di pilgub itu, SYL yang berpasangan kembali dengan Agus Arifin Numang memenangi pilgub 2013.


Kasus lain, yakni insiden calon Wakil Bupati (Cawabup) Kabupaten Sidrap, Sulsel, Mahmud Yusuf terluka usai diserang sekelompok pemuda misterius saat menghadiri acara silaturrahmi alumni Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Rappang, Kabupaten Sidrap (13/2/2018). Berdasarkan artikel yang dimuat liputan6.com (14/2/2018) menyebutkan bahwa Saat itu, Mahmud yang diketahui berpasangan dengan calon Bupati Sidrap, Dollah Mando menghadiri acara silaturahmi para alumni SMAN 1 Rappang di Jalan Kartini Kelurahan Rappang, Kecamatan Panca Rijang, Kabupaten Sidrap. Selang sejam berkumpul dengan para rekan-rekannya alumni SMAN 1 Rappang itu, tiba-tiba datang sekelompok pemuda yang tak dikenal menggunakan golok dan batu langsung menyerangnya. Walaupun pelaku sudah ditahan, namun sejauh ini motif dan dalangnya belum di tahan. Dalam Pilkada Sidrap 2018, Mahmud Yusuf yang berpasangan dengan Dollah Mando memenangkan Pilkada Sidrap. 


Rentetan perisitiwa ini menunjukkan bahwa insiden dalam momentum politik selalu tak ditemukan dalangnya. Sehingga, seringkai ada pihak yang menaruh kecurigaan bahwa bisa saja ada desain demikian. Ini sejalan dengan teori “Dramaturgi” yang dicetuskan Erving Goffman (dalam Halim, 2014) bahwa dunia politik tak ubahnya sebuah panggung daripada realitas yang selama ini dipahami. Apa yang diperankan atau ditampilkan seseorang di atas panggung oleh seorang aktor selalu sarat motif tertentu.


Lantas bagaimana dengan Insiden penikaman di debat Kandidat Pilwali Makassar?


Soal kebenaran tentu diserahkan kepada penegak hukum. Apa lagi saat ini pihak kepolisian sedang bekerja untuk mengungkap siapa pelakunya. Tentu kita berharap pihak kepolisian juga bekerja membuka apa motif dan apakah ada dalang dibalik peristiwa ini.

 

Sejak semalam gerakan “pray for mus” dan gerakan solidaritas lainnya muncul di medsos. Semoga gerakan ini tidak membuat pendukung kandidat terprovokasi. Bukan pula dimanfaatkan untuk menggalang simpati publik. 


Satu hal yang patut disayangkan yakni pernyataan Politisi Perindo Makassar, Syamsuddin Raga seperti yang dikutip fajar.co.id (8/11/2020) yang menyebut "Saya mengecam aksi kekerasan yang dialami pendukung paslon nomor urut dua ini. Saya menduga pelaku ini adalah bagian dari pendukung paslon lain. Ini sangat keji”. Dugaan ini bisa mengancam pilkada damai. harusnya para politisi memberi komentar yang menenangkan publik.


Olehnya karena itu, kita berharap para pemilik suara di Makassar lebih kritis terhadap setiap insiden yang terjadi. Bisa saja ada insiden yang memang direkayasa untuk kepentingan meraih simpati masyarakat. Bisa juga insiden ini dikapitalisasi untuk kepentingan politik tertentu. Olehnya itu, mari menjadi pemilih cerdas.

Berikan Komentarmu

Previous Post Next Post

*Artikel berita yang diposting oleh Skuadron Team EKSPEDISI DP ini adalah rilis berita yang dapat diposting ulang, atau dikutip sebagian atau keseluruhan.


**Untuk pertanggung-jawaban etika jurnalisme, setiap media yang memposting atau mengutip sebagian atau keseluruhan, dapat melakukan pendalaman dan pengembangan berita lebih lanjut, yang bukan merupakan bagian dari tanggung-jawab sebagaimana yang ada dalam artikel ini.