Pilih Makassar Recover atau Makassar Game Over !

Oleh Akbar*


MakassarBicara.com-Salah satu program andalan Pemerintah Kota Makassar di awal pemerintahan Danny Fatma adalah Makassar Recover. Makassar Recover merupakan langkah startegis yang dianggap efektif dalam merespon gejolak pandemi di Kota Daeng. Karena program unggulan, jadi tidak heran membutuhkan anggaran yang tak sedikit. Tak tanggung-tanggung program yang mulai diluncurkan pada maret 2021 lalu diberikan porsi anggaran Rp 380 milliar.


Mengukur Kinerja Makassar Recover


Program Makassar Recover fokus pada 3 hal yakni imunitas kesehatan, pemulihan ekonomi dan adaptasi sosial. Imunitas kesehatan yang dimaksud adalah bagaimana membentuk masyarakat Kota Makassar agar memiliki daya tahan tubuh yang kuat, salah satunya berpartisipasi dalam program vaksinasi. Sementara pemulihan ekonomi dilakukan dengan cara memberikan support kepada pelaku usaha yang gulung tikar atau usaha baru produktif, sedangkan adaptasi sosial yang dimaksud adalah bagaimana mengedukasi masyarakat agar tetap beraktivitas dengan menaati protokol kesehatan (prokes). Imunitas kesehatan, pemulihan ekonomi serta adaptasi sosial dianggap sebagai cara jitu oleh pemerintah Kota Makassar untuk bangkit dari pandemi. Namun apakah selama ini program Makassar Recover sudah menuai hasil?


Sejak program Makassar Recover berjalan Maret lalu, anggaran besar yang dialokasi sudah digunakan untuk kegiatan vaksinasi, perekrutan detektor, pembelian peralatan komputer, pengadaan lab kontainer tiap kelurahan, pembelian fasilitas kesehatan bahkan membiayai tim satuan tugas (satgas) dari unsur TNI Polri, Satpol PP, hingga pembelian mobil Covid Hunter.


Bagi penulis penggunaan anggaran ini sah-sah saja, asalkan pemerintah kota Makassar benar-benar tepat dalam hal pengalokasian dana. Bukan tidak mungkin, dalam pengalokasian anggaran pun akan menjadi soal jika pemerintah tidak punya pilihan prioritas yang harus diutamakan penangangannya, misalnya antara program vaksinasi dengan pengadaan lab kontainer.


Pemerintah Kota Makassar setidaknya menentukan, antara vaksinasi dengan pengadaan lab kontainer, yang mana yang lebih utama, agar supaya tujuan yang dicapai betul-betul dapat berefek maksimal. Sekarang, yang mana lebih prioritas antara vaksinasi dengan pengadaan lab kontainer, apakah program vaksinasi tidak akan berjalan tanpa Lab Kontainer? Atau sebaliknya.


Jika pemerintah kota tidak mampu menetapkan titik fokus dalam program Makassar Recover, maka yang terjadi hanya pemborosan anggaran. Belum lagi, anggaran Makassar Recover juga dialokasikan untuk satuan tugas Covid-19 dari unsur TNI-POLRI. Harapannya, pelibatan Aparat Penegak Hukum (APH) mestinya dapat maksimal dalam meronda, mencegah kerumunan dan lainnya.  Karena,    Penggunaan anggaran ke hal yang kurang efektif justru kontradiksi dengan tujuan yang diharapkan dari Program Makassar Recover. Kita tentu menginginkan, dengan anggaran yang cukup besar, Makassar Recover dapat memulihkan perekonomian, bukan malah  yang terjadi justru ‘defisit anggaran’.  Ketidakcermatan dalam mengalokasikan anggaran sangat dipengaruhi oleh team work program Makassar Recover yang dibentuk Pemerintah Kota Makassar.


Berikutnya adalah persoalan adaptasi sosial. Adaptasi sosial yang dimaksud bagaimana pemerintah kota Makassar menertibkan agar masyarakat bisa beraktivitas sesuai kitab ‘Protokol Kesehatan’. Bagi penulis adaptasi sosial yang diharapkan pemerintah Kota Makassar sebenarnya perlu lebih edukatif. Pasalnya, masih seringkali ditemukan tindakan oknum tim Pengurai Keramaian (Raika) di lapangan masih menggunakan cara-cara yang kurang humanis . Terlebih tingkat kepercayaan masyarakat kita terhadap keberadaan Covid-19 mulai menurun dari waktu ke waktu.


Partisipasi Bersama adalah Kunci


Bagi penulis, program sekelas Makassar Recover hanya berhasil jika partisipasi masyarakat besar dan antusias. Namun nampaknya Program Makassar Recover belum maksimal melibatkan semua elemen pada tataran bawah, program Makassar Recover masih terlihat sebagai sebuah kebijakan yang sifatnya top down. Ini terlihat kondisi masyarakatnya yang lebih banyak pasif dalam merespon program Makassar Recover. di lapangan, masih ditemukan berbagai persoalan mulai dari kerumunan yang tak terkendali, masyarakat tanpa masker dan beberapa kelompok masyarakat terutama yang hidup dilorong-lorong kota justru menganggap Corona adalah kebohongan yang terlanjur diketahui. Kuncinya adalah kesuksesan menghadapi Covid-19 melalui Makassar Recover adalah selain upaya pemerintah membangun kepercayaan masyarakat, juga keterlibatan dan rasa tanggung jawab masyarakat sebagai warga yang rentan menjadi media penyaluran covid 19 juga bisa berpartisipasi.


Program Makassar Recover tidak akan maksimal jika masyarakat tidak percaya dengan pemerintah dan keberadaan Covid. Misalnya vaksinasi, tidak sedikit masyarakat meragukan keamanan vaksin yang diberikan oleh pemerintah maupun swasta, kecuali mereka yang ingin bepergian yang mewajibkan untuk di vaksin, itupun karena terpaksa.



Terlebih opini yang tersebar di kalangan masyarakat bahwa beberapa orang meninggal setelah di vaksin, beberapa lagi mengalami kelainan pasca vaksin. Peristiwa ini justru harus menjadi catatan  pemerintah agar masyarakat percaya terhadap vaksin, tidak hanya membuat aturan, bahkan mendenda warga yang menolak vaksin.


Begitu banyak masyarakat Kota Makassar yang memang tidak lagi percaya dengan keberadaan corona ini. Toh mereka tidak menjalankan prokes dan  merasa sehat saja dan bugar-bugar. Akhirnya, imbauan dan segala bentuk program pemerintah dalam melawan covid-19  tak diindahkan. Ketidakpercayaan masyarakat tidak terjadi begitu saja, hal itu muncul sebab persepsi masyarakat tentang corona, justru yang mereka alami dan mereka benarkan melalui pengalaman keseharian mereka bahwa tanpa cuci tangan, pakai masker dan jaga jarak, kita tetap sehat-sehat saja.


Jika situasi ini terus dibiarkan, program Makassar Recover ini akan kurang efektif. Sehingga hemat penulis, yang tidak kalah pentingnya dipulihkan selain persoalan ekonomi, juga  memulihkan kepercayaan masyarakat akan jauh lebih utama dan efektif. Kita tentu berharap, program Makassar Recover tidak menjadi program yang gagal  yang hanya akan menghabiskan anggaran dan tidak menyelesaikan persoalan. Olehnya itu, partisipasi dan keterlibatan warga masyarakat kota Makassar menjadi kunci bagi suksesnya program Makassar Recover, mari kita peduli, sehat agar kita semua selamat.  Jika kita tidak menunjukkan kepedulian akan keselamatan bersama, maka bisa jadi, bukan hanya membuat program ini kurang efektif, justru kita hanya akan membuat program Makassar Recover menjadi Makassar Game Over. Peduliki’ Salamakki. (sumber: makassarbicara.com)


Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sosiologi UNM, Kader HMI MPO Cabang Makassar














Berikan Komentarmu

Previous Post Next Post

*Artikel berita yang diposting oleh Skuadron Team EKSPEDISI DP ini adalah rilis berita yang dapat diposting ulang, atau dikutip sebagian atau keseluruhan.


**Untuk pertanggung-jawaban etika jurnalisme, setiap media yang memposting atau mengutip sebagian atau keseluruhan, dapat melakukan pendalaman dan pengembangan berita lebih lanjut, yang bukan merupakan bagian dari tanggung-jawab sebagaimana yang ada dalam artikel ini.