Keroyok


 Oleh: Sofyan Basri


Pemilihan Walikota (Pilwalkot) Makassar menyisakan waktu 30 hari lagi. Tentu waktu yang singkat untuk menyiapkan dan meramu strategi pemenangan. Apalagi, situasi dan kondisi masyarakat sebagai pemilih; dapat berubah setiap saat. Karena itu, ramuan strategi begitu penting. Terutama dalam waktu tersisa.


Apalagi, sejumlah lembaga survei telah membuka data secara terbuka kepada publik. Data yang yang disampaikan itu tentu dapat dipertanggungjawabkan; secara ilmiah, oleh lembaga masing-masing. Sehingga dapat dipastikan hasil yang dikeluarkan itu dapat dinilai sebagai bahan yang kredibel.


Empat pasangan calon yang bertarung tentu telah kelihatan secara data. Terkait bagaimana elektabilitas masing-masing calon. Juga bagaimana peran daripada tim yang bekerja di lapangan selama ini. Maupun visi misi hingga program yang akan ditawarkan kepada pemilih. Semua akan kelihatan secara jelas.


Seperti data yang dikeluarkan oleh Celebes Research Centre (CRC) pada 12 Oktober 2020 lalu. Pasangan Danny Pomanto-Fatmawati Rusdi (ADAMA) unggul dari pasangan calon lain seperti Munafri Arifuddin-Abdul Rahman Bando (APPI-ARB), Syamsu Rizal-Fadli Ananda (DILAN), dan Irman Yasin Limpo-Andi Zunnun Halid (IMUN).


Angka untuk pasangan ADAMA itu cukup jauh perbedaannya dari pesaing terdekatnya yakni APPI-ARB yakni sekitar 17 persen; ADAMA 40,4 persen, APPI-ARB 23,5 persen, DILAN 14,0 persen, dan IMUN 6,5 persen.


Data ini tentu saja masih belum menjadi penjamin kemenangan bagi pasangan ADAMA. Tapi ini menjadi bahan untuk meramu strategi dalam merealisasikan kemenangan di tanggal 9 Desember mendatang. Karena itu, tidak boleh ada yang berpuas diri. Atau tidak boleh ada yang mengecilkan diri. Terus bergerak.


Okey, data ini masih sementara. Tentu banyak juga meragukan. Apalagi, ingatan tentang CRC di Pilkada Takalar masih terngiang-ngiang. Begitulah kehidupan. Hitam dan putih. Karena itu perlu ada pembanding. Terutama bagi para pemilih rasional. Data pembanding menjadi penting.


Bukan hanya itu, data pembanding ini juga penting bagi tim pemenangan. Terutama yang bekerja di lapangan. Karena itu, pada 21 Oktober, sebuah lembaga terkemuka dilevel nasional; Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Hasilnya cukup mengejutkan. Sebab data yang dikeluarkan hampir sama dengan data CRC.


Artinya, pasangan ADAMA kembali menempati posisi tertinggi. Lebih tepatnya, ADAMA 41,9 persen, APPI-ARB 17,8 persen, DILAN 16,6 persen dan IMUN 6,8. Berdasarkan data pembanding ini, secara naratif dapat diasumsikan pasangan ADAMA lebih positif jika dibandingkan dengan pasangan calon lain.


Jika ditelusuri lebih dalam, kedua data ini mengungkap sebuah fakta yang menarik. Pertama, angka untuk pasangan ADAMA tidak mengalami penurunan. Bahkan mengalami kenaikan sebesar 1,5 persen. Kedua, angka untuk pasangan APPI-ARB mengalami penurunan. Sedangkan angka untuk pasangan DILAN mengalami kenaikan.


Ketiga, angka untuk pasangan IMUN mengalami stagnan. Memang mengalami kenaikan. Tapi itu tidak sampai 1 persen; hanya 0,3 persen. Itu berarti, terjadi sebuah tarik menarik dukungan antara pasangan APPI-RAHMAN dan DILAN. Dilain pihak, tarik menarik dukungan itu tidak berpengaruh terhadap pasangan ADAMA dan IMUN.


Simpulan kualitatif dari perbandingan kedua data dari lembaga yang berbeda itu; pasangan ADAMA memiliki basis pemilih yang tidak terpengaruh oleh tiga pasangan lain, pasangan APPI-ARB rentan kehilangan dukungan karena berpindah ke pasangan DILAN, pasangan IMUN wajib bekerja lebih keras untuk mengejar pasangan calon lain.


Karena itu, tidak salah jika ada wacana yang berkembang; untuk mengalahkan pasangan ADAMA harus dikeroyok. Kupikir ini adalah isu yang cukup rasional. Dan pengeroyokan kepada pasangan ADAMA sangat mungkin terjadi. Sebab jalur komunikasi tiga pasangan calon lawan pasangan ADAMA sangat memungkinkan.


Salah satu tanda-tanda itu yakni ketidakkonsitenan dukungan Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah. Walau memang selama ini NA tidak pernah secara lugas dan tegas mendukung salah satu pasangan calon. Akan tetapi, secara garis usungan partai di Pilgub lalu, NA memiliki kedekatan dengan PDIP yang tidak lain mengusung DILAN di Piwalkot.


Bahkan, isu tersebut menjadi topik headline salah satu koran di Kota Makassar dengan memberi judul "NA 'Cuekin' Jagoan PDIP". Masih dalam berita itu, disebutkan bahwa ada wacana dukungan NA beralih ke pasangan APPI-ARB. Sekali lagi, wacana ini menjadi rasional sebab dua lembaga hasil survei mengunggulkan APPI-ARB sebagai pesaing kuat pasangan ADAMA.


Walau demikian, seluruh warga Kota Makassar yang menjadi penentu. Apa yang dinarasikan dalam tulisan ini berdasarkan perbandingan data lembaga survei dan juga mengenai isu atau wacana yang berkembang jelang Pilwalkot Makassar.


Yang menjadi catatan penting dan terpentingnya; lawan politik hanya lima tahun tapi kawan dalam kemanusiaan selamanya. Karena itu, seluruh pasangan calon harus menjaga Makassar ku, Makassar ta, dan Makassar kita semua. Kupikir demikian, salam cinta, aku mencintaimu.

Berikan Komentarmu

Previous Post Next Post

*Artikel berita yang diposting oleh Skuadron Team EKSPEDISI DP ini adalah rilis berita yang dapat diposting ulang, atau dikutip sebagian atau keseluruhan.


**Untuk pertanggung-jawaban etika jurnalisme, setiap media yang memposting atau mengutip sebagian atau keseluruhan, dapat melakukan pendalaman dan pengembangan berita lebih lanjut, yang bukan merupakan bagian dari tanggung-jawab sebagaimana yang ada dalam artikel ini.