Danny-Fatma; Pasangan Petarung



Oleh: Sofyan Basri

Kontestasi politik pada dasarnya ajang pertarungan bagi para petarung. Sebab tidak sedikit orang layak maju dan ikut berkompetisi; elektabilitas hingga isi tas, tapi nyali ciut. Tidak percaya diri. Hingga takut kalah. Karenanya, empat pasangan calon yang kini sibuk berkampanye di Pilwalkot adalah orang pilihan.


Dari empat pasangan calon yang bertarung. Pasangan Danny Pomanto-Fatmawati Rusdi memiliki karakter tersendiri; pasangan petarung. Alasannya cukup rasional, kupikir. Yakni pasangan ini diawal kompetisi diterpa isu miring akan dijegal. Berkat kesigapan, keduanya berhasil lolos dari jebakan.


Mungkin, bagi Danny, dirinya tidak ingin terjerumus ke dalam lubang yang sama. Ketika dirinya bersama Indira Mulyasari di Pilwalkot 2018 lalu, tidak berhasil bertarung hingga akhir pertarungan. Mental seorang Danny sungguh teruji ketika itu. Walau demikian, keteguhannya untuk mengabdi di Kota Makassar tidak pernah pudar.


Maka atas dasar pengabdian itulah; Danny kembali maju ke gelanggang. Tentu dengan segala persiapan yang lebih matang. Apalagi, berdasarkan sejumlah lembaga survei, Danny masih berada dilevel atas dibanding calon lain. Begitulah orang baik; jika tidak bertemu orang baik maka akan ditemukan oleh orang baik.


Serupa tapi tidak sama. Fatmawati juga memiliki pengalaman pahit. Di Pilkada Sidrap 2018, Fatmawati kalah dari Dollah Mando yang berpasangan dengan Mahmud Yusuf. Kekalahan ini seperti sengatan listrik. Fatmawati berstatus istri bupati dua periode, Rusdi Masse tumbang. Sungguh mengejutkan, bukan.


Apakah Fatmawati kapok? Tentu saja tidak; seorang petarung haruslah tuntas. Maka di Pileg 2019, Fatmawati maju di Pileg melalui Daerah Pemilihan (Dapil) III DKI Jakarta. Pasca perhitungan suara di KPU, lagi Fatmawati dinyatakan kalah. Sebab hanya menempati posisi nomor dua untuk suara pribadinya secara internal partai.


Apakah Fatmawati sudah kapok? Tentu saja tidak; seorang petarung haruslah tuntas. Piwalkot 2020 sebagai ajang berikutnya. Untuk urusan ini, kita masih bisa menerka-nerka. Sebab tanggal 9 Desember mendatang akan ditentukan; oleh rakyat Kota Makassar. Namun, prediksi sudah ada. Lembaga survei mengunggulkan.


Apalagi, Fatmawati hanya satu-satunya calon perempuan yang bertarung. Ini modal. Sekaligus kecerdikan Danny dalam memutuskan pasangan. Sebab semua tentu tahu bagaimana politik emak-emak kian menggema. Buktinya di Pilpres 2019 lalu. Para emak-emak ini bahkan dinilai paling militan dalam menggalang suara.


Maka dari itu, pasangan Danny Pomanto-Fatmawati Rusdi atau yang akrab disebut ADAMA; pasangan petarung. Cara-cara licik jauh dari para petarung. Kemenangan harus secara jujur dan adil. Karenanya, ketika ADAMA diserang isu miring; diam dan memberikan klarifikasi. Hanya itu. Tidak membalas.


Dan perlu diketahui, Kota Makassar itu sejak dulu dikenal sebagai kota kelahiran para petarung. Terkenal diseluruh pelosok nusantara. Bahkan sampai ke mancanegara. Karenanya, Kota Makassar butuh pemimpin yang berjiwa petarung seperti Danny-Fatma. Bukan pemimpin yang menghalalkan segala cara.


Apalagi sampai menggunakan cara kotor untuk menggulingkan lawan; diskualifikasi. Itu pengecut namanya. Dan saya percaya bahwa ADAMA bisa membawa Kota Makassar kembali seperti di masa lalu. Menjadi kota yang dikenal dunia. Kupikir demikian, salam cinta, aku mencintaimu.

Berikan Komentarmu

Previous Post Next Post

*Artikel berita yang diposting oleh Skuadron Team EKSPEDISI DP ini adalah rilis berita yang dapat diposting ulang, atau dikutip sebagian atau keseluruhan.


**Untuk pertanggung-jawaban etika jurnalisme, setiap media yang memposting atau mengutip sebagian atau keseluruhan, dapat melakukan pendalaman dan pengembangan berita lebih lanjut, yang bukan merupakan bagian dari tanggung-jawab sebagaimana yang ada dalam artikel ini.