Danny Paling Siap?

Oleh: Fyan Mabbicara

Sekitar pukul 14 siang, saya dihubungi seorang kawan. Saya diajak berdiskusi. Temanya menarik; Pilwalkot Makassar. Karena sedang tidak ada agenda, saya langsung meng-iya-kan. Maka janjianlah kami disatu tempat di wilayah Hertasning. Kawan ini lebih dulu datang. Bahkan sudah menikmati hidangan.


"Saya pesan kopi, supaya diskusi lebih menarik" katanya. Saya tertawa mendengar kalimat itu. "Jadi kalau saya bukan pesan kopi, diskusinya tidak menarik?" tanya saya. "Tidak juga" katanya dengan muka datar. "Kalau gitu saya pesan jus alpukat saja. Apalagi saya yang ditraktir" kata saya sambil tertawa lagi.


Diskusi sore tadi itu sangatlah panjang. Seperti dugaan saya. Apalagi soal Pilwalkot, yang hari ini, KPU putuskan akan diikuti empat pasangan calon. Mereka adalah Irman Yasin Limpo-Andi Muhammad Zunnun, Mohammad Ramdhan Pomanto-Fatmawati Rusdi, Munafri Arifuddin-Abd Rahman Bando dan Syamsu Rizal-Fadli Ananda.


Kata saya, penetapan ini, secara tidak langsung mematahkan satu isu; begal partai. Dalam beberapa diskusi, termasuk hari ini, sering disodorkan dua suku kata itu oleh beberapa kawan. Dan kupikir itu wajar. Sebab di Pilwalkot 2018 lalu, begal partai itu nyata adanya. Tapi, saya sering berdalih; aktor politik sudah berubah. Terutama ditingkat Sulsel.


Tapi, kawan diskusi saya ini malah berseloroh. Katanya, begal politik tidak terjadi di Pilwalkot 2020 karena faktor janji manis yang belum lunas. "Alias tidak terbayar" katanya setengah berbisik. Saya langsung tertawa mendengar hal itu. Samar-samar memang, tapi isu ini cukup kuat berhembus di Pilwalkot 2018 lalu. Entahlah.


Pada dasarnya, kata kawan ini, ketika berdiskusi soal Pilwalkot 2018 dan 2020. Tidak renyah rasanya jika yang dibahas hanya soal begal partai. Sebab empat pasangan calon yang hari ini ditetapkan; memiliki latar menarik dibahas. Terutama soal pertarungan Danny Pomanto dan Munafri Arifuddin. Ini seperti pertandingan ulang.


Walau secara de jure, di Pilwalkot 2018, Danny Pomanto tidak bertarung melawan Munafri Arifuddin; didiskualifikasi. Akan tetapi, secara de facto, Danny berada dibalik kotak kosong; menumbangkan Munafri Arifuddin. Maka untuk Pilwalkot 2020, strategi keduanya dalam menarik massa dan dukungan patut dinantikan.


Untuk Munafri Arifuddin, sorotan itu terkait kepercayaan dirinya. Sebab kita tahu; menantu Aksa Mahmud itu kalah dari kota kosong di Pilwalkot lalu. "Mental Pak Appi itu seperti baja" kata kawan. Saya kira itu ada benarnya. Namun untuk memenangkan pertarungan tentu saja bukan hanya butuh mental baja. Tapi juga strategi.


Sedangkan untuk Danny Pomanto. Pilwalkot 2020 ini adalah pembuktian; diinginkan oleh masyarakat Kota Makassar. Apalagi, kali ini Danny Pomanto tidak hanya melawan Munafri Arifuddin. Tapi juga mantan wakilnya, Syamsu Rizal dan mantan kompatitornya di Pilwalkot 2013, Irman Yasin Limpo.


Selain itu, bagi saya, Syamsu Rizal di Pilwalkot 2020 ini lebih mengarah kepada pemain ketiganya, Ilham Arief Sirajuddin dan PDIP. Alasannya, IAS merupakan mantan walikota Makassar. Sedangkan PDIP baru kali ini mengusung pasangan calon yang merupakan kader yakni Fadli Ananda; wakil Syamsu Rizal.


Kombinasi IAS dan PDIP ini patut diwaspadai seluruh pasangan calon. Apalagi, santer cerita warung kopi, jika gubernur Sulsel terseret juga dilingkaran itu. Alasannya cukup sederhana; PDIP. Juga tentu imajinasi jauh ke depan gubernur Sulsel yakni Pilgub 2024; Makassar harus aman. Dimulainya dari pertarungan hari ini; Pilwalkot.


Dan terakhir, tidak boleh dilupa Irman Yasin Limpo. Klan Yasin Limpo dalam kancah politik Sulsel dan Makassar tidak bisa dilupakan. Walau hari ini, banyak pengamat menilai kekuatannya tidak seperti dulu; ketika Syahrul Yasin Limpo menjadi orang nomer satu di Sulsel. Tapi ingat, jaringan politiknya tentu masih ada.


Ingat juga Nurdin Halid. Sosok politisi kontroversial yang sudah melanglang buana dalam dunia politik Sulsel dan nasional. Apalagi, yang bertarung dan menjadi wakil Irman Yasin Limpo adalah Andi Zunnun; anak kandung Nurdin Halid. Walau, dalam beberapa survei, pasangan ini selalu buncit; politik itu bukan hanya soal angka statistik.


Lalu menjelang akhir diskusi, pertanyaan pamungkas saya keluarkan. "Prediksimu, siapa yang akan menang?" kata saya dengan nada serius. "Semua masih mungkin untuk menang. Secara kesiapan pertarungan, Pak Danny lebih siap" kata kawan. "Hanya saja, Pak Danny masih ada celah. Ini tema diskusi selanjutnya dan kamu traktir saya" lanjutnya sambil terbahak.

Berikan Komentarmu

Previous Post Next Post

*Artikel berita yang diposting oleh Skuadron Team EKSPEDISI DP ini adalah rilis berita yang dapat diposting ulang, atau dikutip sebagian atau keseluruhan.


**Untuk pertanggung-jawaban etika jurnalisme, setiap media yang memposting atau mengutip sebagian atau keseluruhan, dapat melakukan pendalaman dan pengembangan berita lebih lanjut, yang bukan merupakan bagian dari tanggung-jawab sebagaimana yang ada dalam artikel ini.