Warga Tallo Rindu Danny

 


Oleh: Sofyan Basri

MAKASSAR -- Dalam dua pekan ini, saya berkeliling di dua kelurahan di Kecamatan Tallo yakni Buloa dan Tallo. Bukan untuk berkampanye tentu saja. Ada seorang kawan dari salah satu kampus di Malang sedang melakukan penelitian. Tema yang diangkat terkait masyarakat pesisir di dua kelurahan itu.


Ketika melakukan perjalanan itu, tidak sedikit ada yang mengira kami ini adalah tim bakal pasangan calon yang akan bertarung pada Pemilihan Walikota (Pilwalkot) Makassar yang akan dilaksanakan 9 Desember mendatang. Saya dan kawan saya sedikit mahfum akan kondisi itu. Ya karena memang sedang waktunya.


Tapi, anggapan itu saya selalu tepis dengan memberikan penjelasan bahwa saya dan kawan ini sedang melaksanakan penelitian bukan untuk berkampanye atau bersosialisasi. Karenanya, ada warga yang minta program kegiatan. Ada juga yang mengeluh bahwa salah satu keluarganya tidak pernah mendapat bantuan. Kasian juga.


Setelah memberikan penjelasan. Masih banyak juga yang belum percaya dengan narasi-narasi yang disampaikan. Maka saya pun menyodorkan bukti berupa surat yang ditujukan kepada kelurahan. Dan barulah mereka percaya. Tapi tidak berhenti disitu. Masih ada juga warga yang selalu curhat.


Katanya, di wilayah mereka air sangatlah susah. Tanpa dijelaskan pun pada dasarnya saya telah melihat hal itu. Sejumlah jerigen-jerigen air bertumpuk di atas gerobak yang didorong oleh para ibu-ibu. Mereka silih berganti untuk menunggu giliran. Di tengah keriuhan itu, saya bertanya "Air yang dibagikan itu dari mana?".


Salah seorang dari mereka dengan kalimat yang sedikit menyambar langsung menyahut. "Ini bantuan dari pemerintah" katanya. "Sejak kapan" kata saya lagi. "Lama mi Pak, waktu Pak Danny masih walikota" kata sejumlah ibu-ibu yang sedang antri mengisi jerigen mereka. "Keren juga yah" sahut saya.


Sesaat sebelum saya pamit pergi, saya iseng bertanya. "Jadi siapa mi ini nanti dipilih?". Salah satu seorang ibu-ibu bertubuh sedikit gempal langsung teriak. "Yah Pak Danny dong" katanya. Saya melanjutkan, "Alasannya apa?". "Bagus ki Pak. Sudah terbuktimi. Apalagi program Doktorota sangat membantu warga" katanya.


Percakapan-percakapan seperti ini tidak hanya terjadi di satu wilayah. Bahkan hampir di seluruh RW yang ada di dua kelurahan ini. Kerinduan warga Kota Makassar dengan sosok Danny Pomanto sudah seperti mendarah daging. Alasannya hanya satu hal bahwa programnya berdampak pada warga secara langsung.


Karena itu, pada Pilwalkot 2018 lalu: dimana Danny tidak ambil bagian karena didiskualifikasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Makassar, ada warga yang kecewa. Bahkan mungkin marah. Karena itu tidak salah jika pada Pilwalkot itu dimenangkan oleh kotak kosong sebagai bentuk solidaritas warga kepada Danny Pomanto.


Apalagi ketika berbicara mengenai perubahan wajah dan tatanan Kota Makassar, tidak bisa dilepaskan dari tangan dingin seorang Danny Pomanto. Diantaranya adalah revitalisasi Anjungan Pantai Losari. Dan karya itu masih dapat dinikmati hingga kini. Bahkan, bukan hanya dinikmati warga Kota Makassar tapi juga dari luar kota. 


Berikan Komentarmu

Previous Post Next Post

*Artikel berita yang diposting oleh Skuadron Team EKSPEDISI DP ini adalah rilis berita yang dapat diposting ulang, atau dikutip sebagian atau keseluruhan.


**Untuk pertanggung-jawaban etika jurnalisme, setiap media yang memposting atau mengutip sebagian atau keseluruhan, dapat melakukan pendalaman dan pengembangan berita lebih lanjut, yang bukan merupakan bagian dari tanggung-jawab sebagaimana yang ada dalam artikel ini.