Cerdik Politik



Oleh: Sofyan Basri

Secara kalkulasi angka, Pilwalkot 2020 berbeda dengan Pilwalkot 2018. Tentu kita masih ingat Pilwalkot 2018 hanya diikuti dua pasangan calon yang memilih perempuan sebagai wakil yakni Ramdhan Pomanto-Indira Mulyasari dan Munafri Arifuddin-Rachmatika Dewi. Sedangkan untuk tahun ini, akan diikuti oleh empat pasangan calon.


Karena itu, saya menduga tensi politik juga akan berbeda. Jika di Pilwalkot 2018 tensinya sangatlah panas karena pemilih hanya dihadapkan pada dua pilihan. Akibatnya sikat dan sikut hanya pada dua sisi. Bahkan, tensi politik berakhir di meja hijau. Pasangan Ramdhan Pomanto-Indira Mulyasari dinyatakan gugur.


Karenanya Pilwalkot menjadi topik yang sangat menarik sehingga menjadi tema diskusi nasional. Pakar hukum pun terseret untuk bersuara, seperti Margarito Kamis. Hasil Pilwalkot 2018 juga tidak kalah heboh. Pasangan Munafri Arifuddin-Rachmatika Dewi dinyatakan kalah dari kotak kosong. Mengejutkan hingga menjadi topik penelitian.


Untuk tahun ini, tensi politik hanya mengarah pada program dan strategi politik. Karena itu, Danny Pomanto yang kembali maju menggandeng perempuan sebagai pasangan merupakan sebuah strategi politik. Kupikir ini strategi cerdik. Apalagi, jumlah pemilih perempuan itu lebih banyak dari jumlah pemilih laki-laki.


Tapi kalkulasi itu tidak hanya sampai disitu. Bagi saya, politisi seperti Danny Pomanto telah menelaah fenomena yang lain. Politisi berlatar belakang arsitek itu melihat ada sesuatu yang terjadi di Kota Makassar. Dan tidak semua orang melihat itu sebagai peluang. Termasuk lawan-lawan politiknya. Yakni perempuan dalam politik.


Pada Pilpres lalu, politik emak-emak juga sangat berperan penting. Hal itu juga merambah hingga ke Kota Makassar. Bahkan, kalau kita melihat lebih dalam lagi. Sejumlah tokoh perempuan di kota ini pernah dan menempati posisi strategis. Mereka menjabat sebagai rektor universitas terkemuka. Dari negeri hingga swasta.


Mereka adalah Dr Ir Hj A Majdah Agus Arifin Nu'mang merupakan Rektor UIM, Prof Masrurah Mokhtar adalah mantan Rektor UMI, dan Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu sebagai Rektor Unhas hingga kini. Bahkan, walikota perempuan pertama di Indonesia berasal dari kota ini. Dia adalah Salawati Daud.


Tidak sampai disitu, data dan fakta posisi perempuan pada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Kota Makassar juga patut diperhatikan. Bahwa keterwakilan perempuan kursi parlemen juga meningkat 10 persen pada Pileg 2019 lalu. Ini bukti Makassar terbuka kepada kaum hawa untuk memimpin.


Kupikir ini imajinasi Danny Pomanto. Dan bisa jadi imajinasi ini akan membawanya melenggang untuk kedua kalinya sebagai orang nomor satu di Kota Makassar. Walau demikian, tentu kita tidak ingin mendahului waktu. Tapi harapannya sudah ada. Buktinya juga telah nyata. Selamat bertarung Bung.

Berikan Komentarmu

Previous Post Next Post

*Artikel berita yang diposting oleh Skuadron Team EKSPEDISI DP ini adalah rilis berita yang dapat diposting ulang, atau dikutip sebagian atau keseluruhan.


**Untuk pertanggung-jawaban etika jurnalisme, setiap media yang memposting atau mengutip sebagian atau keseluruhan, dapat melakukan pendalaman dan pengembangan berita lebih lanjut, yang bukan merupakan bagian dari tanggung-jawab sebagaimana yang ada dalam artikel ini.