The Badfather

---"Danny harus ditumbangkan!" seru The Badfather, medio Juli 2017.--- 


Ramdhan Pomanto (Foto: Sry Syahril)

Topik yang paling aktual di Kota Makassar jelang pilkada Kota Makassar Juni 2018 adalah bagaimana menumbangkan Danny Pomanto. Walikota Makassar incumben ini menjadi kerikil yang mengganggu ketenangan alat-alat berat, mesin raksasa. Hampir seluruh elemen sosial dan politik telah mengafiliasikan diri ke dalam pusaran besar untuk menumbangkan Danny. 

Waktu telah bergulir sejak Juli 2017, dimana pelbagai partai politik membuka sayembara bagi pendekar-pendekar guna melayangkan tantangannya menumbangkan Danny. Rama-ramailah pendekar politik itu mendaftar untuk diterjunkan oleh Partai politik ke "Coloseum" Pilkada Kota Makassar 2018 untuk menginjak "kerikil" kecil Danny Pomanto. Danny menjadi musuh bersama tanpa sebab, tanpa argumen. 

Di pintu gerbang awal tahun 2018, kompetitor Danny belum berhasil membujuk warga Kota Makassar meninggalkan pilihannya ke Danny. Dengan ketekunan yang tinggi, kompetitor Danny berkampanye bahwa gula itu rasanya asin. Namun, Warga kota Makassar tetap mempertahankan opininya bahwa gula itu rasanya manis. 

Elektabilitas Danny justru tembus di atas level 80 persen berdasarkan pengambilan data akhir Januari 2018. Artinya, kurang lebih elektabilitas kompetitor ditambah suara mengambang (swing voter), tidak berada di atas level 20 persen. Jika suara mengambang mencapai 15 persen, itu artinya elektabilitas komptitor telah mencapai 5 persen. 

Nasihat dari angka-angka persen di atas untuk kompetitor, jangan menipu warga kota Makassar dengan mengajukan dalil bahwa gula itu rasanya asin. Berhentilah mengatakan bahwa menikmati kemajuan pembangunan di Kota Makassar itu adalah dosa besar dan menyesatkan.   

Materi kampanye seperti itu, hanya membuat kompetitor Danny semakin tertinggal dari Danny Pomanto. Kampanye negatif (negative campaign) dan kampanye hitam (black campaign) tidak akan efektif memperkecil selisih 75 persen itu menjadi 0 persen hingga Juni 2018. 

Hanya tersisa dua cara tumbangkan Danny Pomanto. Pertama, menggunakan cara-cara klasik (konvensional), yakni melalui aktivitas konsultan dukun, seperti Santet, Doti, Sihir, dan sebagainya. Cara kedua adalah cara modern, yaitu gunakan aktivitas aparat penegak hukum, seperti penangkapan, pen-tersangkaan, penahanan, pemeriksaan, dan sebagainya. 

Kalau Danny Pomanto keluar sebagai pemenang pada Pilkada Kota Makassar kali ini, bukanlah hal yang menarik. Yang menghibur adalah kalau kompetitor Danny Pomanto yang menang, pasti  karena Dukun, kalau bukan karena penggunaan aparat hukum. 

Tidak ada alasan yang terhormat dan rasional mengapa Danny Pomanto harus ditumbangkan. Tapi karena ini adalah kehendak The Badfather, maka negara dan pemerintahan harus menyesuaikan.  

Makassar, 04 Februari 2018


Terus Bergerak

Berikan Komentarmu

Previous Post Next Post

*Artikel berita yang diposting oleh Skuadron Team EKSPEDISI DP ini adalah rilis berita yang dapat diposting ulang, atau dikutip sebagian atau keseluruhan.


**Untuk pertanggung-jawaban etika jurnalisme, setiap media yang memposting atau mengutip sebagian atau keseluruhan, dapat melakukan pendalaman dan pengembangan berita lebih lanjut, yang bukan merupakan bagian dari tanggung-jawab sebagaimana yang ada dalam artikel ini.