![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjxRr6Ce-J2PNcv-YlUf56OYFi5y1rBLgPnzZ7xZ9sSAQro4chQQlaiZvneL5nJTcBQ7amCcEbzAeqdsbUS1dbfvOWWFFiO1ssh6FSr1cF17SnHeSX5nTQfe9Z7m_wu6TFuvvdz2CTacc/s400/img_660_442_pamit-ini-_1518398577to_1.jpg)
Misi pertama yang dilakukan Danny yakni melakukan perubahan wajah Kota Makassar. Danny merekonstruksi Makassar dengan menggunakan standar World Bank. Yakni, merestorasi tata ruang Makassar untuk menjadi kelas nyaman dunia. “Saya berusaha menjadikan Makassar menjadi kota nyaman, jadi kami bisa tinggal di suatu titik dan semua dapat terlayani dengan baik,” kata pria kelahiran di Makassar, Sulawesi Selatan, 30 Januari 1964. Selanjutnya, Danny, meluncurkan program 100 Inovasi untuk Makassar. Dia secara progresif mendorong perbaikan di semua aspek kehidupan agar jadi lebih baik 2 kali lipat dari sebelumnya. Caranya yaitu dengan memicu focusing program di 50 satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk berinovasi.
“Bagaimana cara menemukan inovasi? Seluruh SKPD mencari isu. Selanjutnya mengkoding isu, lalu cari solusinya untuk terlibat. Nah dari beragam diskusi akan menemukan inovasi,” kata Danny. Inovasi menjadi branding yang diusung Danny dalam menjalankan roda pemerintahan. Setelah menemukan inovasi, selanjutnya Danny menindaklanjuti dengan menerapkan aplikasi untuk mempermudah pelayanan bagi masyarakat. Dari aplikasi inilah selanjutnya Pemkot Makassar mempunyai big data berisi real time kesehatan, real time kondisi rumah sakit (RS), dan real time pemadam kebakaran. Selain itu, Danny juga membuat platform bernama Sombere, berisi budaya khas Makassar.
Lalu ada layanan homecare, berupa telemedicine dengan nomor telepon 112, layanan gratis ambulans. Bahkan apabila ada warga terindikasi penyakit jantung maka bisa menggunakan tele-EKG. “Selama tahun 2016, sudah di la kukan 600 homevisit dengan 48 armada. Semua pelayanan publik ini ter data di 112,” ujar Danny. Danny memastikan bahwa orang Makassar yang tinggal dan hidup di Makassar pasti mencintai Makassar. Orang Makassar bersifat independen, plural dan nasionalis. Dari seluruh penduduk Kota Makassar yang berjumlah 1,6 juta warga, semuanya memiliki sense of belonging tinggi. “Ada rasa malu kalau tidak berbuat baik,” ujar Danny.
Menurut Danny, dalam men-drive masyarakat agar
mau berubah ke arah yang lebih baik, caranya adlah dengan melakukan komunikasi
simpatik. Yakni, mengajak masyarakat agar bisa ikut berpartisipasi dan berinisiasi
dalam melakukan bermacam inovasi yang bermanfaat bagi lingkungannya sendiri. Salah
satu contohnya adalah mengubah lorong-lorong di Kota Makassar menjadi kawasan
yang lebih ramah, indah dan menarik. Masyarakat diajak terlibat menanam cabai
di pinggiran lorong-lorong. Ahli tanaman cabainya di ambil dari kampus yang
kemudian men-tranining warga di lorong. Kemudian warga diajak memperindah
lorong dengan mengecat mewarnai dinding dan lantai lorong-lorong.
Dalam program membenahi lorong ini, pemerintah,
lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan warga setempat juga terlibat. Hasilnya
tercipta Makassar Lorong Garden, Lorong Sehat, Lorong Keluarga Berencana (KB),
Golo Rong yakni sepak - bola di lorong (tanpa lapangan rumput), Badan Usaha
Lorong, Singara’na Lo rong Ta, hingga Aparong (apartemen lorong). “Bagi saya,
filosofi membangun Makassar sama dengan membenahi pemerintahan dengan brain,
membenahi rakyat sama dengan membenahi sel. Lorong adalah city sell. Jadi
dengan membenahi city sellberarti bisa meningkatkan kehidupan warga,” pungkas
Danny.
Sumber: http://koran-sindo.com/page/news/2018-02-13/0/3/Benahi_Lorong_Jadi_Indah_Jadikan_Makassar_Kota_Dunia
Update : 13-2-2018
Pukul 15:11 Wita
Post a Comment