Makassar - Pasangan
Calon Wali Kota Makassar Moh. Ramdhan “Danny” Pomanto dan Indira Mulyasari
Pramastuti (DIAmi) lolos jalur independen pada Pilkada 2018. DIAmi melebihi
persyaratan minimal yang ditetapkan KPU.
“Insya Allah, kami mendaftar tanggal 8
Januari. Karena kami ini suara rakyat, kami akan mendaftar bersama rakyat,”
tutur Danny, mengomentari hasil rapat pleno KPU Kota Makassar, Sabtu, 30
Desember 2017.
Sementara itu, Liaison Officer (LO) DIAmi Abdul Haris Awie
mengungkapkan bahwa jumlah dukungan yang dikumpulkan dua kali lebih banyak dari
syarat minimal yang harus dipenuhi kandidat independen.
“Alhamdulillah, hasil pleno sama dengan
jumlah yang kami hitung selama verifikasi faktual di lapangan,” kata Liaison
Officer (LO) DIAmi Abdul Haris Awie di Makassar, Sabtu, 30 Desember 2017.
Hari itu, rapat pleno KPU Kota Makassar mencatat DIAmi mampu
mengumpulkan 117.492 dukungan. Dengan demikian, DIAmi menjadi duet pertama yang
terdaftar sebagai pasangan calon Pilwalkot Makassar 2018.
Ditambahkan, pihak DIAmi menyampaikan terima kasih mendalam
kepada seluruh timnya telah bekerja keras menggalang dukungan guna proses
pencalonan tersebut.
“Mari kita terus bersatu. Adapun isu-isu negatif yang
diembuskan, kita harus tetap sabar. Ada upaya mengkriminalisasi,
menghalang-halangi kita. Saya imbau masyarakat tetap sabar,” tandas Haris.
DPP ‘Begal’ Kandidat
Duet Danny Pomanto-Indira Mulyasari menempuh proses jalur
independen sebab “tersandera” oleh parpol. Meski partai yang menyatakan
dukungannya boleh disebutkan merupakan koalisi gemuk, namun rekomendasi resmi
kepada pasangan ini tak kunjung turun.
Terdapat tujuh parpol yang menyatakan mengusung DIAmi yakni
Perindo, Demokrat, Beringin Karya, Idaman, PAN, Gerindra, PDIP.
“Dukungan partai sudah ada, tetapi keyakinan untuk bagaimana
partai tetap utuh, itu yang mau alot dibicarakan, partai-partai ini, kan,
ditekan, tetapi dia ingin tetap saya. Nah, bisa saja saya lewat jalur
independen atau melalui jalur partai, kita liat besok,” tutur Danny sebelum
memutuskan langkah yang dipilihnya.
Arief Wicaksono, pengamat politik Universitas Bosowa, langkah
DIAmi melalui jalur independen mau tidak mau terkesan yang bersangkutan tidak
menghargai partai yang mengusungnya.
Arief berpendapat fenomena DIAmi menunjukkan terjadinya
pergeseran paradigma kepartaian. Parpol tak sepenuhnya didudukkan sebagai
institusi keterwakilan kepentingan rakyat, seperti jargol partai.
“Artinya, partai semakin tidak dipercaya lagi oleh rakyat,”
tutur Arief, dan menambahkan bahwa pilihan yang diambil DIAmi menunjukkan pasangan
ini khawatir menjadi korban “pembegalan” parpol di level DPP.
Dengan kata lain, calon yang diajukan pengurus daerah tak
diindahkan DPP. Pengurus pusat justru memaksakan pilihan menjadi calon kepala
daerah. Hal ini terjadi di sejumlah daerah yang menggelar Pilkada serentak
2018.
Data dukungan yang dikumpukan DIAmi:
Mariso: 6.939
Mamajang: 5.745
Makassar: 9.193
Ujung Pandang: 5.093
Wajo: 4.037
Bontoala: 7.735
Tallo: 11.028
Ujung Tanah (termasuk Kecamatan Sangkarrang): 9.299
Pannakkukang: 5.968
Tamalate: 13.017
Biringkanayya: 13.697
Manggala: 8.528
Rappocini: 8.422
Tamalanrea: 8.791
Mamajang: 5.745
Makassar: 9.193
Ujung Pandang: 5.093
Wajo: 4.037
Bontoala: 7.735
Tallo: 11.028
Ujung Tanah (termasuk Kecamatan Sangkarrang): 9.299
Pannakkukang: 5.968
Tamalate: 13.017
Biringkanayya: 13.697
Manggala: 8.528
Rappocini: 8.422
Tamalanrea: 8.791
Total: 117.492 dukungan
Sumber: http://pemiluupdate.com/2017/12/30/khawatir-dibegal-dpp-parpol-danny-indira-lolos-jalur-independen/
Post a Comment